INFO JOMBANG
Jombang Beriman
| |
Hari jadi
|
1910 (fakta)
1950 (hukum) |
Dasar hukum
|
UU No. 12/1950
|
Pemerintahan
|
|
Drs. H. Suyanto
|
|
Rp. 664.825.242.000,-(2011)
|
|
Luas
|
1.159,50 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
1.201.557 jiwa (2010)
|
- Kepadatan
|
1.036,27 jiwa/km2
|
Demografi
|
|
Pembagian administratif
|
|
21
|
|
306
|
|
- Situs
web
|
Jombang adalah kabupaten yang terletak di bagian tengah
Provinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya 1.159,50 km², dan
jumlah penduduknya 1.201.557 jiwa (2010), terdiri dari 597.219 laki-laki dan
604.338 perempuan. Pusat kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah
Kabupaten, memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79
km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan
jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta), jalur Surabaya-Tulungagung, serta jalur Malang-Tuban.
Jombang juga dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena banyaknya sekolah
pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya. Bahkan ada pameo yang
mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir
seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok
pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul
Ulum (Rejoso).
Banyak tokoh terkenal Indonesia yang
dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib, dan seniman Cucuk Espe.
Konon, kata Jombang merupakan akronim dari
kata berbahasa Jawa yaitu ijo (Indonesia: hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo mewakili kaum santri
(agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok
tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua elemen ini
digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang.
Sejarah
Penemuan fosil Homo mojokertensis
di lembah Sungai Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah
yang kini adalah Kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan ribu tahun
yang lalu.
Tahun 929, Raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur,
diduga karena letusan Gunung Merapi atau serangan Kerajaan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebutkan
pusat kerajaan yang baru ini terletak di Watugaluh. Suksesor Mpu Sindok adalah Sri
Isyana Tunggawijaya (947-985) dan Dharmawangsa (985-1006). Tahun 1006, sekutu Sriwijaya menghancurkan ibukota kerajaan Mataram
dan menewaskan Raja Dharmawangsa. Airlangga, putera mahkota yang ketika itu
masih muda, berhasil meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan ia menghimpun
kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti petilasan
sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai di Sendang
Made,
Kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi
Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali; serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya.
Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah yang kini Kabupaten
Jombang merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, sedang gapura
selatan adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Hingga ini
banyak dijumpai nama-nama desa/kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-,
di antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojongapit, dan
sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi Arimbi di Kecamatan Bareng.
Menyusul runtuhnya Majapahit, agama Islam mulai berkembang di kawasan, yang
penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur. Jombang kemudian menjadi
bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram,
Kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian
dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian dari Hindia Belanda. Etnis Tionghoa juga berkembang;
Kelenteng Hong San Kiong di Gudo, yang konon didirikan pada tahun 1700 masih
berfungsi hingga kini. Hingga kini pun masih ditemukan sejumlah kawasan yang
mayoritasnya adalah etnis Tionghoa dan Arab.
Tahun 1811, didirikan Kabupaten Mojokerto, di mana meliputi pula wilayah yang
kini adalah Kabupaten Jombang. Jombang merupakan salah satu residen di dalam Kabupaten Mojokerto.
Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan
Majapahit), adalah masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling)
Jombang.
Alfred Russel
Wallace
(1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan Teori Evolusi dan
terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam di
Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Tahun 1910, Jombang memperoleh status
Kabupaten, yang memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto, dengan Raden
Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai Bupati Jombang pertama.[6] Masa pergerakan nasional, wilayah
Kabupaten Jombang memiliki peran penting dalam menentang kolonialisme. Beberapa
putera Jombang merupakan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri NU dan pernah
menjabat ketua Masyumi) dan KH Wachid Hasyim (salah satu anggota BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI
pertama).
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur.
Refrensi :
17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
Depdagri.go.id. Diakses pada 24 Juli 2011.
Webdesign-jatim.com. Diakses pada 21 Juli 2011.
Info-jombang.tripod.com. Diakses pada 24 Juli 2011.
Visitjombang.com. Diakses pada 24 Juli 2011.
Jombangkab.go.id. Diakses pada 24 Juli 2011.
Kotaku. nurul333.student.umm.ac.id.
Diakses pada 24 Juli 2011.
Penduduk
Etnis dan Bahasa.
Visitjombang.com. Diakses pada 24 Juli 2011.
Agama
Penduduk.
Visitjombang.com. Diakses pada 26 Juli 2011.
Kode
Area Telpon Propinsi Jawa Timur. Salamsalam.org. Diakses pada 24 Juli 2011.
Media massa dan
Komunikasi di Jombang".
info-jombang.tripod.com. Diakses pada 24 Juli 2011.
Tirta
Wisata Jombang".
Wisatanesia.com. 1 Mei 2010. Diakses pada 24 Juli 2011.
0 komentar:
Posting Komentar